sumber: news.liputan6.com

Pulau Bali atau yang juga dikenal sebagai Pulau Dewata ini sungguh memiliki pesona keindahan yang luar biasa dan juga kekayaan budayanya yang masih melekat dengan kental pada penduduknya. Tidaklah heran jika Pulau Bali sangat terkenal di dunia, dan banyak sekali wisatawan asing yang datang untuk berkunjung menikmati indahnya Pulau Bali.

Titik tertinggi Pulau Bali adalah Gunung Agung yaitu dengan ketinggian 3031 m dari atas permukaan laut.  Gunung ini terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano, gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Pada bulan September lalu, peningkatan aktivitas gemuruh dan seismik di sekitar gunung berapi menaikkan status normal menjadi waspada dan sekitar 122.500 orang yang tinggal di sekitar gunung dievakuasi. Seiring dengan berjalannya waktu, status keadaan Gunung Agung semakin bertambah dari waspada menjadi siaga. Intensitas dan frekuensi tremor terus dipantau untuk mengetahui adanya tanda-tanda letusan yang akan terjadi dari stasiun pemantau yang berlokasi di Tembuku, Rendang, Kabupaten Karangasem.

Pada tanggal 22 September 2017, status Gunung Agung dinaikkan dari Siaga menjadi Awas. Daerah tersebut mengalami 844 gempa vulkanik pada tanggal 25 September, dan 300 sampai 400 gempa bumi pada tengah hari pada tanggal 26 September. Ahli seismologi telah khawatir dengan kekuatan dan frekuensi insiden karena telah mengambil lebih sedikit gunung berapi serupa untuk meletus. Namun, pada akhir Oktober 2017, status diturunkan dari Awas menjadi Siaga. Aktivitas gunung berapi tersebut menurun secara signifikan, yang menyebabkan turunnya status darurat tertinggi pada tanggal 29 Oktober.

Sebuah erupsi magmatik dimulai pada hari Sabtu, 25 November 2017. Letusan Gunung Agung yang dihasilkan dilaporkan meningkat sekitar 1,5-4 km di atas kawah puncak, melayang ke arah selatan dan membersihkan daerah sekitar dengan lapisan gelap abu tipis. Bencana alam ini menyebabkan beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan menuju Australia dan Selandia Baru. Tingkat bahaya resmi tetap di 3, dengan penduduk disarankan untuk tinggal 7,5 km jauhnya dari kawah. Sejauh ini letusannya tampak moderat, dengan kemungkinan letusan lebih intensif dalam waktu dekat. Cahaya jingga kemudian diamati di sekitar kawah di malam hari, menunjukkan bahwa magma segar memang telah sampai ke permukaan. Pada tanggal 26 November 2017, pukul 23:37 WITA, sebuah letusan kedua terjadi. Ini adalah letusan kedua yang meletus dalam waktu kurang dari seminggu.

Status Gunung Agung kembali pada keadaan Awas. Level tertinggi tersebut ditetapkan mulai Senin, 27 November 2017, pukul 06.00 Wita. Sejak malam minggu kemarin, dentuman keras terdengar dan lava merah terpantau dari “Menara Suci Pulau Dewata”. Selain itu lahar dingin dan abu vulkanik juga keluar dari perut gunung tertinggi di Bali itu. Peristiwa ini  mengganggu jalur penerbangan dan jadi alasan penutupan bandara di Pulau Bali.

Letusan Gunung Agung juga pernah terjadi pada Februari 1963 hingga Januari 1964. Pada tanggal 18 Februari 1963, penduduk lokal mendengar suara letusan keras dan melihat asap tebal keluar secara vertikal dari puncak Gunung Agung. Letusan ini mengeluarkan abu panas dan gas setinggi hampir 20.000 meter. Material ini sampai mengurangi sinar matahari dan membuat suhu udara di lapisan stratosfer turun 6 °C (10.8 °F). Pada tahun 1963-1966, rata-rata suhu di bumi bagian utara sampai turun sekitar 0.4 °C. Abu Belerang dari erupsi gunung ini beterbangan keseluruh dunia dan jejaknya sampai terlihat sebagai sulfur acid di dalam lapisan es di Greenland. Hampir terdapat 1.600 orang meninggal dan 296 orang mengalami luka akibat letusan ini. Mayoritas korban jiwa jatuh akibat awan panas dan dampak aliran piroklastik.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) erupsi Gunung Agung, yang saat ini berstatus Awas, tidak akan sebesar letusan pada tahun 1963. Hal ini dilihat dari energi dapur magma gunung pada saat ini tidak sebesar letusan pada tahun 1963. Selain itu semburan abu vulkanik yang terjadi pada letusan saat ini berjarak sekitar 3,500 meter sampai 4,000 meter. Pihak BNPB juga menegaskan bahwa dampak korban jiwa yang akan ditimbulkan oleh erupsi Gunung Agung kali ini tidak akan terlalu besar, karena adanya peralatan yang lebih maju, serta informasi dan peringatan kepada warga juga sudah lebih maju dari sebelumnya.

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Post Navigation