Banyak orang yang bermimpi untuk memiliki tempat hunian yang nyaman dan strategis. Khususnya untuk orang-orang yang tinggal di kota besar yang mulai padat penduduk, aktivitas tanpa henti, serta ditambah dengan kemacetan dimana-mana. Tak sedikit orang yang rela berjuang untuk mendapatkan kenyamanan dalam sebuah rumah.

Seperti halnya Kota Surabaya yang sudah menjelma menjadi salah satu kota besar di Indonesia, harga rumah yang dipatok oleh perusahaan properti di kota ini sudah pasti melambung tinggi. Maka, apartemen menjadi pilihan yang dicari bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi dengan alasan kemudahan akses ke berbagai tempat serta lokasi yang strategis. Hal ini menjadi nilai tambahan yang ditawarkan oleh perusahaan properti. Semakin mendekati kebutuhan konsumen, harga jualnya juga akan semakin mahal.

Namun berbeda dengan Apartemen Rudi TP Residence, sebuah apartemen berkelas yang menawarkan harga murah. Apartemen berlokasi di Surabaya Pusat ini menawarkan harga sewa mulai dari 1,5 juta/hari hingga 250 juta/tahun dengan luas gross 115 m2, net 98 m2. Apartemen yang memiliki teras dengan pemandangan sungai dan laut Surabaya ini berjarak 700 meter dari Monumen Bambu Runcing dan dilengkapi dengan fasilitas yang dimilikinya antara lain dapur dengan pemanggang roti, kulkas, dan kompor serta kamar mandi pribadi dengan perlengkapan mandi gratis dan pengering rambut. Televisi juga disediakan. Fasilitas lain yang ditawarkan adalah pusat spa, pusat kebugaran, dan kolam renang luar ruangan. Anda dapat bermain tenis dan biliar di apartemen, atau memanfaatkan layanan penyewaan mobil.

Selain dekat dengan Monumen Bambu Runcing, apartemen ini juga memiliki akses yang mudah dengan Monumen Kapal Selam, Jembatan Merah Surabaya, serta kemudahan akses menuju Bandar Udara Internasional Juanda. Keunggulan lain apartemen ini yaitu terhubung langsung dengan pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza. Tunjungan Plaza (atau biasa disingkat TP) adalah sebuah pusat perbelanjaan terbesar kedua di Surabaya, sekaligus plaza yang paling populer di masyarakat kota Surabaya, yang didirikan pada tahun 1986. Pusat perbelanjaan ini mempunyai 6 bangunan utama yang saling berhubungan, kawasan Tunjungan ini juga dikenal sebagai pusat komersial Kota Surabaya. Diantara 6 bangunan yang berdiri, Tunjungan Plaza V atau Apartemen Rudi TP Residence merupakan salah satu bangunan yang pada tahun 2015 dan menjadi bangunan tertinggi di Surabaya dengan 52 lantai.

 

Kelebihan yang didapatkan dengan tinggal di apartemen tentu akan berbeda dengan kontrakan atau rumah biasa, antara lain penyewa dapat lebih menikmati fasilitas yang telah tersedia. Apartemen ini sangat cocok untuk para pebisnis muda dengan pekerjaannya yang sibuk. Terhubungnya apartemen ini dengan Tunjungan Plaza memudahkan penyewa dan menghemat waktu untuk membeli kebutuhan rumah tangga tanpa perlu terjebak kemacetan kota Surabaya.

Bagi anda yang menginginkan kebebasan privasi, apartemen menjadi pilihan untuk tempat istirahat yang cocok. Dengan suasana rumah yang santai dan nyaman, istirahat anda akan lebih berkualitas tanpa adanya gangguan kebisingan di sekitar. Selain itu anda juga bisa mencoba berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di daerah sekitarnya, seperti bermain golf atau memancing.

Lokasi yang strategis menjadi salah satu pertimbangan bagi penjual maupun pembeli apartemen. Selain itu, akses juga menjadi pertimbangan lainnya. Misal, akses mudah menuju tempat kerja, kuliah, maupun tempat lainnya dapat dijangkau dengan mudah. Dengan adanya kemudahan akses yang diberikan penyewa tidak perlu membutuhkan banyak waktu untuk bepergian.

Tawaran yang diberikan oleh Apartemen Rudi TP Residence ini sebanding dengan semua kemudahan akses dan tersedianya fasilitas yang lengkap, maka apartemen ini menjadi pilihan terbaik bagi anda. Sangat jarang perusahaan properti menawarkan harga yang terjangkau, namun dibarengi dengan adanya kualitas yang tinggi.

sumber: news.liputan6.com

Pulau Bali atau yang juga dikenal sebagai Pulau Dewata ini sungguh memiliki pesona keindahan yang luar biasa dan juga kekayaan budayanya yang masih melekat dengan kental pada penduduknya. Tidaklah heran jika Pulau Bali sangat terkenal di dunia, dan banyak sekali wisatawan asing yang datang untuk berkunjung menikmati indahnya Pulau Bali.

Titik tertinggi Pulau Bali adalah Gunung Agung yaitu dengan ketinggian 3031 m dari atas permukaan laut.  Gunung ini terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano, gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Pada bulan September lalu, peningkatan aktivitas gemuruh dan seismik di sekitar gunung berapi menaikkan status normal menjadi waspada dan sekitar 122.500 orang yang tinggal di sekitar gunung dievakuasi. Seiring dengan berjalannya waktu, status keadaan Gunung Agung semakin bertambah dari waspada menjadi siaga. Intensitas dan frekuensi tremor terus dipantau untuk mengetahui adanya tanda-tanda letusan yang akan terjadi dari stasiun pemantau yang berlokasi di Tembuku, Rendang, Kabupaten Karangasem.

Pada tanggal 22 September 2017, status Gunung Agung dinaikkan dari Siaga menjadi Awas. Daerah tersebut mengalami 844 gempa vulkanik pada tanggal 25 September, dan 300 sampai 400 gempa bumi pada tengah hari pada tanggal 26 September. Ahli seismologi telah khawatir dengan kekuatan dan frekuensi insiden karena telah mengambil lebih sedikit gunung berapi serupa untuk meletus. Namun, pada akhir Oktober 2017, status diturunkan dari Awas menjadi Siaga. Aktivitas gunung berapi tersebut menurun secara signifikan, yang menyebabkan turunnya status darurat tertinggi pada tanggal 29 Oktober.

Sebuah erupsi magmatik dimulai pada hari Sabtu, 25 November 2017. Letusan Gunung Agung yang dihasilkan dilaporkan meningkat sekitar 1,5-4 km di atas kawah puncak, melayang ke arah selatan dan membersihkan daerah sekitar dengan lapisan gelap abu tipis. Bencana alam ini menyebabkan beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan menuju Australia dan Selandia Baru. Tingkat bahaya resmi tetap di 3, dengan penduduk disarankan untuk tinggal 7,5 km jauhnya dari kawah. Sejauh ini letusannya tampak moderat, dengan kemungkinan letusan lebih intensif dalam waktu dekat. Cahaya jingga kemudian diamati di sekitar kawah di malam hari, menunjukkan bahwa magma segar memang telah sampai ke permukaan. Pada tanggal 26 November 2017, pukul 23:37 WITA, sebuah letusan kedua terjadi. Ini adalah letusan kedua yang meletus dalam waktu kurang dari seminggu.

Status Gunung Agung kembali pada keadaan Awas. Level tertinggi tersebut ditetapkan mulai Senin, 27 November 2017, pukul 06.00 Wita. Sejak malam minggu kemarin, dentuman keras terdengar dan lava merah terpantau dari “Menara Suci Pulau Dewata”. Selain itu lahar dingin dan abu vulkanik juga keluar dari perut gunung tertinggi di Bali itu. Peristiwa ini  mengganggu jalur penerbangan dan jadi alasan penutupan bandara di Pulau Bali.

Letusan Gunung Agung juga pernah terjadi pada Februari 1963 hingga Januari 1964. Pada tanggal 18 Februari 1963, penduduk lokal mendengar suara letusan keras dan melihat asap tebal keluar secara vertikal dari puncak Gunung Agung. Letusan ini mengeluarkan abu panas dan gas setinggi hampir 20.000 meter. Material ini sampai mengurangi sinar matahari dan membuat suhu udara di lapisan stratosfer turun 6 °C (10.8 °F). Pada tahun 1963-1966, rata-rata suhu di bumi bagian utara sampai turun sekitar 0.4 °C. Abu Belerang dari erupsi gunung ini beterbangan keseluruh dunia dan jejaknya sampai terlihat sebagai sulfur acid di dalam lapisan es di Greenland. Hampir terdapat 1.600 orang meninggal dan 296 orang mengalami luka akibat letusan ini. Mayoritas korban jiwa jatuh akibat awan panas dan dampak aliran piroklastik.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) erupsi Gunung Agung, yang saat ini berstatus Awas, tidak akan sebesar letusan pada tahun 1963. Hal ini dilihat dari energi dapur magma gunung pada saat ini tidak sebesar letusan pada tahun 1963. Selain itu semburan abu vulkanik yang terjadi pada letusan saat ini berjarak sekitar 3,500 meter sampai 4,000 meter. Pihak BNPB juga menegaskan bahwa dampak korban jiwa yang akan ditimbulkan oleh erupsi Gunung Agung kali ini tidak akan terlalu besar, karena adanya peralatan yang lebih maju, serta informasi dan peringatan kepada warga juga sudah lebih maju dari sebelumnya.